
Pertunjukan Teater Sastra Musikal Gurindam Dua Belas Memeriahkan Festival Kalipasir
Pertunjukan teater sastra musikal Gurindam Dua Belas menjadi salah satu acara utama dalam Festival Kalipasir yang berlangsung di Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 26 Juli 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Budaya Dapunta yang berbasis di Jakarta. Mereka membawakan karya sastra klasik yang berisi nasihat dan petuah hidup dengan gaya pertunjukan yang unik dan menarik.
Pertunjukan ini dimulai dengan syair-syair yang dinyanyikan dengan iringan alat musik tradisional seperti rebana, rampak gendang, seruling, dan gitar. Exan Zen, sutradara sekaligus penyanyi utama dalam pertunjukan ini, memperkenalkan syair-syair tersebut dengan lantunan yang indah dan penuh makna. "Laksana siram air mendayu, air mendayu di laut dalam, ini gurindam syair Melayu, syair Melayu laksana silam," ujarnya sambil mengajak penonton merasakan keindahan puisi yang dibawakannya.
Apa Itu Gurindam Dua Belas?
Gurindam merupakan bentuk sajak yang terdiri dari dua baris dan biasanya berisi nasihat atau petuah. Gurindam Dua Belas adalah karya Raja Ali Haji, seorang sastrawan dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2004. Karya ini selesai ditulis pada tahun 1846 dan terdiri dari dua belas pasal yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah, kewajiban raja, tanggung jawab anak terhadap orang tua, hingga tata cara hidup bermasyarakat.
Komunitas Budaya Dapunta membawakan Gurindam Dua Belas dengan aksi teatrikal yang menggabungkan unsur samrah tradisional dan modern. Setiap pasal dibawakan dengan gaya yang berbeda-beda. Pasal pertama, yang berisi nasihat agama, dibacakan oleh seorang anak laki-laki berpakaian hitam-hitam. Ia membuka pasal ini dengan ucapan yang tegas: "Barang siapa tiada memegang agama, Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama." Di akhir pembacaan, ia menutupnya dengan seni bela diri yang menarik perhatian penonton.
Setiap jeda dalam pertunjukan diisi dengan nyanyian syair Melayu yang diiringi alat musik tradisional. Pasal kedua, yang berisi nasihat tentang rukun Islam, dibawakan oleh seorang laki-laki berpakaian kiai. Meski demikian, pertunjukan ini tidak menyeluruh karena setelah pasal kedelapan, mereka langsung melompat ke pasal kedua belas, yang merupakan bagian terakhir dari karya ini.
Mengenalkan Gurindam kepada Generasi Muda
Exan Zen, yang juga dikenal sebagai penulis, aktor, dan sutradara, menjelaskan bahwa pertunjukan ini dirancang untuk memadukan unsur teater tradisional dengan modern agar lebih mudah diterima oleh generasi muda. Menurut dia, banyak generasi muda saat ini yang tidak mengenal Gurindam Dua Belas dan Raja Ali Haji. "Gurindam Dua Belas ini adalah salah satu peletak dasar peribahasa Indonesia," katanya.
Sebelum tampil di Festival Kalipasir, Komunitas Budaya Dapunta telah membawakan Gurindam Dua Belas dalam pentas keliling di beberapa kota seperti Solo, Garut, dan Bandung. Pentas ini bertujuan untuk merayakan 178 tahun usia karya ini. Perbedaan utama antara pentas keliling dan Festival Kalipasir adalah durasi pertunjukan. Dalam pentas keliling, durasinya mencapai 50 menit, sedangkan di Festival Kalipasir hanya 25 menit.
Pesan Moral yang Masih Relevan
Exan menekankan bahwa Gurindam Dua Belas tetap relevan bagi generasi sekarang karena berisi pesan moral, spiritual, dan keagamaan yang masih bisa diambil pelajaran. Contohnya, nasihat dalam pasal kedua belas berkaitan dengan konflik internal kerajaan dan tekanan dari penjajah pada masa itu. "Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri," ujarnya. "Jadi, ketika pejabat yang di atas melakukannya konspirasi, maka istana itu seperti pagar berduri, tak ada orang yang bisa masuk."
Festival Kalipasir berlangsung selama dua hari, yaitu Jumat dan Sabtu, 25 dan 26 Juli 2025. Acara ini diinisiasi oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sebagai perayaan Dies Natalis ke-55. Festival ini menggabungkan kearifan lokal, seni urban, tradisi, dan kreativitas komunitas.